Gambaran Penerimaan Diri pada Orang Tua yang Memiliki Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di SLB Negeri Banda Aceh

Firmawati Firmawati, Sufrina Kumala Ayu

Abstract


Penerimaan orang tua sangat mempengaruhi perkembangan anak-anak yang berkebutuhan khusus di kemudian hari. Menurut Jersild (dalam Meilinda, 2013), penerimaan diri adalah “kesediaan untuk menerima dirinya yang mencakup keadaan fisik, psikologi sosial dan pencapaian dirinya, baik kelebihan maupun kekurangan yang dimiliki”. Adapun tahap-tahap penerimaan diri menurut Ross (dalam Nursalam & Kurniawati, 2016) yaitu tahap denial, anger, bargaining, depression dan acceptance. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat gambaran penerimaan diri pada orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus di SLB Negeri Banda Aceh berdasarkan tahapan penerimaan diri. Sampel dalam penelitian ini adalah orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus di SLB Negeri Banda Aceh yang berjumlah 30 orang. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu teknik wawancara, observasi dan angket yang disusun berdasarkan tahapan penerimaan diri. Teknik analisis data yang di gunakan adalah uji Mean. Dari hasil penelitian di dapatkan bahwa tahap bargaining merupakan tahapan penerimaan diri yang mendapatkan nilai tertinggi yaitu 18.07. Hal ini berarti orang tua mulai menerima keadaan anak yang berkebutuhan khusus dimana orang tua cenderung untuk menghibur diri sendiri dengan anggapan “semua akan baik-baik saja”. Pada tahap ini orang tua cenderung berpikir positif dan berusaha lebih fokus bagaimana cara mengembangkan potensi yang dimiliki anak, melakukan segala usaha yang terbaik agar anak lebih mandiri dan berguna saat dewasa nantinya. Pada tahap ini orang tua akan lebih melihat anak dan menganalisis kekurangan dan kelebihan anak agar lebih mudah mengembangkan potensi anak.


Keywords


Anak Berkebutuhan Khusus; Orang Tua dan Penerimaan Diri

Full Text:

PDF

References


Anggraini, R. (2013). Persepsi Orangtua terhadap Anak Berkebutuhan Khusus (Deskriptif Kuantitatif di SDLB N. 20 Nan Balimo Kota Solok). E-JUPEKhu (Jurnal Ilmiah Pendidikan Khusus), 1, 258–65.

Any. (2017). Penerimaan diri terhadap perubahan fisik. Retrieved September 2022, from http://www.anysws.blogspot.com.

Chaplin, J.P. (2014). Kamus Lengkap Psikologi. Depok: Rajawali Pers

Direktorat Pembinaan SLB. (2007) Pedoman Umum Pendidikan Inklusif. Jakarta: Direktorat Pembinaan SLB.

Eliyanto, H & Hendriani, W. (2013). Hubungan kecerdasan emosi dengan penerimaan ibu terhadap anak kandung yang mengalami cerebral palsy. Jurnal psikologi pendidikan dan perkembangan, 2, 02, 124-130.

Germer, C. K. (2009). The mindful path to self-compassion. USA: The Guilford Press.

Hadi, Sutrisno. (2004). Metodologi Research. Yogyakarta: Andi. Kasmir.

Handayani, I. M. (2013). Interaksi sosial anak berkebutuhan khusus di SDN 016/016 inklusif SAMARINDA. eJournal Sosiatri-Sosiolog, 1(1), 1-9.

Hidayati, N. (2011). Dukungan Sosial bagi Keluarga Anak Berkebutuhan Khusus. Insan, 13(1), 12 - 20.

Ilahi, Mohammad Taqdir. (2016). Pendidikan Inklusif Konsep dan Aplikasi, cet-III. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Pancawati, Ririn. (2013). Penerimaan Diri dan Dukungan Orangtua Terhadap Anak Autis. eJournal Psikolog, 1(1): 38-47.

Pastiria Sembiring & Rafael Lisinus, Pembinaan Anak Berkebutuhan Khusus (Sebuah Perspektif Bimbingan dan Konseling), (Medan: Yayasan Kita Menulis, 2020).

Santrock, J.W. (2014). Essentials of Life-Span Development. (3rd.ed). New York: McGraw-Hill Education.

Setyaningrum I, Prastiani Db. (2017). Hubungan Frekuensi Baby Spa Dengan Pertumbuhan Bayi Usia 3-1 Bulan. 17 (4): 80.




DOI: https://doi.org/10.51849/sl.v2i3.111

Refbacks

  • There are currently no refbacks.